Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin
JAKARTA, KOMPAS.TV Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan bahwa banyak dokter anestesi yang tidak bekerja di rumah sakit, dan pekerjaan mereka justru dikerjakan oleh mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

"Ketahuan tuh banyak dokter anestesi yang tidak bekerja di rumah sakit," ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin pada Senin, (21/4/2025).

"Saya mulai mengamati bahwa ternyata yang melakukan pekerjaan anestesi di ruang bedah adalah PPDS-nya," lanjutnya.

Menkes juga menceritakan bahwa banyak dokter anestesi keluar saat pasien sudah tertidur di ruang bedah dan mengalihkan pekerjaannya kepada murid PPDS-nya.

Baca Juga [FULL] Pernyataan Menkes-Mendiksaintek Sikapi Kasus Dokter PPDS UNPAD di RSHS Bandung di https://www.kompas.tv/nasional/588229/full-pernyataan-menkes-mendiksaintek-sikapi-kasus-dokter-ppds-unpad-di-rshs-bandung

#menkes #mendiktisaintek #ppds #unpad


Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/588230/terkuak-menkes-beber-banyak-dokter-anestesi-keluar-saat-pasien-tidur-hingga-alihkan-ke-murid-ppds
Transkrip
00:00Kami lihat memang harus ada perbaikan yang serius di rumah sakit pendidikan.
00:05Bagaimana secara keseluruhan, si peserta didik program dokter spesialis ini,
00:14itu harus selalu bekerja atau belajar diawasi oleh gurunya.
00:21Jadi tidak boleh dia dilepas begitu saja.
00:25Nanti kami akan perketat, karena itu tadi yang disampaikan Pak Rektor,
00:31kami sering dengar bahwa konsulannya tidak mengajar mereka, yang mengajar malah seniornya.
00:39Itu serius dan itu harus perbaikan.
00:42Khusus untuk anestesi, karena ini kejadian di Semarang dan kejadian di Bandung,
00:47kita lihat begitu prodinya kita tunda, itu rame malah program layanan anestesia, bukan pendidikan anestesia.
01:00Jadi begitu kita hentikan PPDS anestesi untuk hadir di rumah sakit pendidikan,
01:09ketahuan, ternyata bahwa banyak dokter anestesi yang tidak bekerja di rumah sakit.
01:19Saya mulai mengamati bahwa ternyata yang melakukan pekerja anestesi di rumah sakit di ruang beda adalah PPDS-nya.
01:28Dan ini bukan hanya buruk untuk pendidikan, ini sangat buruk untuk patient safety.
01:34Dan ini kejadian ini terjadi.
01:38Jadi serius akan memperbaiki cara kerja dokter-dokter anestesi,
01:43bahwa di seluruh dunia, demi patient safety,
01:46sejak pasien masuk ke ruang operasi sampai keluar,
01:51itu dokter anestesi yang harus selalu ada di situ.
01:54Karena kalau terjadi apa-apa, pasiennya bisa celaka.
01:59Di Indonesia ternyata prakteknya banyak yang keluar,
02:03begitu sudah tidur langsung keluar, itu dokter anestesinya.
02:06Jadi praktek-praktek seperti ini berbahaya sekali dan tidak menghitung standar dunia untuk best practices.
02:13Ini ketahuan pada saat kita bekukan sementara,
02:18itu prodi anestesi di rumah sakit Karyadi dan rumah sakit Hasan Sandikin.
02:22Dan saya dengar ini terjadi hampir di seluruh rumah sakit pendidikan.
02:26Jadi yang mengerjakan pekerjaan konsul yang dokter anestesi adalah PPDS-nya,
02:32adalah muridnya.
02:33Jadi ini sangat berbahaya.
02:35Jadi saya akan sangat serius memperbaiki pengawasan,
02:39baik dari kerja,
02:42dan jangan sampai si dokter PPDS ini bekerja secara berlebihan.
02:46Dan dia tidak dibayar.
02:47Yang dibayar tetap dokter anestesinya.
02:49Tapi yang kerja itu PPDS-nya.
02:51Jadi praktek-praktek seperti ini nanti akan secara keras kita perbaiki.
02:56Agar dokter anestesinya lah yang harusnya bekerja.
02:59PPDS-nya melihat dia bekerja.
03:02Atau walaupun PPDS-nya diberikan kesempatan hands-on,
03:05harus ada dokter anestesinya di sana.
03:08Tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
03:09Karena ini sangat berbahaya bagi patient safety.
03:12Itu contoh-contoh pengawasan yang akan kita lakukan secara serius.
03:16Menjawab pertanyaan Nafila.
03:19Menjawab pertanyaan Linda dari Jawa POS.
03:22Pak, itu konsulen nanti gimana?
03:24Kan sibuk dia sambil bekerja, kok masih ngajar?
03:28Memang tugasnya atau pendidikan dokter spesialis ini
03:33pendidikan profesi ya, pendidikan keterampilan.
03:36Jadi memang si peserta didik itu harus melihat
03:40dokternya atau konsulennya itu bekerja seperti apa.
03:47Jadi pertama mereka harus melihat.
03:50Tahap kedua mereka harus melakukan
03:52tapi didampingi oleh seniornya
03:55atau bukan senior, oleh konsulennya
03:57dan dibantu oleh konsulennya.
04:00Tahap ketiga baru mereka melakukan sendiri.
04:02tapi tetap diawasi oleh gurunya, oleh konsulennya.
04:08Nah, jadi bahwa konsulennya akan
04:12nanti habis waktu untuk mengajar tidak demikian.
04:16Karena konsulennya atau gurunya itu
04:18mengajarnya sambil bekerja.
04:20Ini mengajarnya bukan seperti mengajar di kelas
04:22kemudian dia nulis, papa, tulis, tidak.
04:25Dia mengajar sambil bekerja.
04:26Dan justru kalau konsulennya tidak bekerja
04:28dia tidak mengajar.
04:29Atau gurunya tidak bekerja, dia tidak mengajar.
04:32Karena pendidikan profesi ini
04:33benar-benar si muridnya
04:35harus manggang, harus praktek bersama
04:40dengan konsulennya, dengan gurunya.
04:43Itu sebabnya pertanyaan bahwa
04:45konsulennya atau gurunya
04:47nanti kalau sibuk majar tidak bisa bekerja
04:49jadi tidak relevan.
04:51Ini berbeda dengan pendidikan akademis.
04:53Ini adalah pendidikan profesi
04:55di mana konsulen atau gurunya
04:58itu mengajarnya dengan bekerja.
05:00Memberikan contoh pekerjaannya seperti apa.
05:03Lina juga tadi nanya
05:04mengenai uji psikologis.
05:06Kita tanyakan saja lah ke ahlinya.
05:08Kita sudah tanya ke kolegium psikiatri,
05:11ke dokteran jiwa.
05:12Dan sudah mendapatkan jawaban dari mereka.
05:15Ujianya seperti apa?
05:16Ya banyak pihak yang tidak ingin dilakukan.
05:19Ya ini kejadiannya karena itu.
05:21Karena tidak pernah dilakukan.
05:22Ini ketutup-tutupi.
05:24Kondisi mental PPDS tidak diketahui.
05:27Akibatnya meledak seperti ini.
05:29Kasian juga para PPDS ini.
05:31Itu sebabnya ujian psikologis ini
05:34akan kita lakukan bersama-sama.
05:36Antara Kementerian Kesehatan
05:37dan Kementerian Pendidikan.
05:42Instrumennya seperti apa?
05:43Ya kita tanya aja ahli ya.
05:44Saya sudah bicara dengan kolegium
05:46dari spesialis jiwa dan psikiatri.
05:48Mereka ada tools ya.
05:50Itu di luar negeri pun sudah standar.
05:51Jadi kalau Pak ini enggak ada ujianya,
05:54enggak efisien, enggak efektif.
05:56Ini ada kok di luar negeri.
05:57Pendidikan dokter spesialis ini kan
05:59sudah puluhan tahun ada.
06:01Jadi kita ambil best practice-nya dari mereka
06:03dan itu di-endorse,
06:05di-validasi oleh ahli-ahli
06:08dari kedokteran jiwa.
06:10Tadi Teguh nanya dari Anyus
06:12mengenai jam praktek PPDS.
06:14Itu 80 jam itu maksimal ya teman-teman.
06:18Kalau dibagi 7 itu artinya 11 jam per hari.
06:22Itu yang kerjanya 11 jam per hari
06:24itu mungkin Pak Brian dan saya saja.
06:26Yang lainnya kan biasanya kerjanya 8 jam per hari.
06:29Ini 11 jam per hari ya.
06:30Jadi ini sudah banyak sekali waktunya mereka.
06:34Jadi ini tidak boleh dilebihi.
06:37Dan kalau bukan berarti 1 hari 11 jam
06:40kalau mereka jaga dan ada kasus emergency
06:43boleh naik sampai 14 jam atau 15 jam.
06:47Tetapi besoknya harus segera dikurangi.
06:49Itu juga praktek-praktek standar
06:51yang di luar negeri dilakukan seperti itu.
06:54Sehingga dengan demikian
06:55keletihan mentalnya para dokter ini
06:59bisa dijaga.
07:01Karena kan pendidikan ini
07:02bukan hanya pendidikan fisik.
07:04Tapi ada juga pendidikan akal,
07:06pendidikan hati, dan pendidikan jiwa.
07:08Jadi saya berharap
07:10kasta-kasta pendidikan yang diberikan
07:14ke dokter spesialis ini
07:15bukan hanya pendidikan keterampilan fisik,
07:17bukan pendidikan kepintaran akalnya dia,
07:20tapi pendidikan juga integritas
07:22tadi yang Pak Brian sampaikan dari hatinya.
07:25Dan juga paling penting adalah pendidikan
07:27para dokter-dokter ini harus tahu
07:30mana yang benar, mana yang salah.
07:32Yaitu pendidikan jiwanya.
07:34Jadi kombinasi pendidikan di tantaran fisik,
07:37di tantaran akal,
07:38di tantaran hati,
07:39dan pentaran jiwa ini
07:40keempatnya harus dilakukan.
07:43Terima kasih.

Dianjurkan