Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa pemerintah sedang menghitung kemungkinan meningkatkan impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat. Adapun rencana untuk menggenjot impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat bertujuan untuk menyetarakan neraca perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat mencatat surplus berkisar USD14-USD15 miliar per tahun. Dan untuk mengurangi kesenjangan tersebut, maka Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Bahlil untuk melihat potensi apa saja yang bisa dibeli dari Amerika Serikat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat mencatat surplus berkisar USD14-USD15 miliar per tahun. Dan untuk mengurangi kesenjangan tersebut, maka Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Bahlil untuk melihat potensi apa saja yang bisa dibeli dari Amerika Serikat.
Category
📺
TVTranscript
00:00Intro
00:00Presiden Prabowo Subianto menyatakan pemerintah siap untuk menambah impor minyak dan gas hingga peralatan pengembaran migas
00:19guna menekan surplus neraca dagang dengan Amerika Serikat.
00:23Dengan kebijakan tersebut diharapkan pemerintah Amerika Serikat bisa melunak dalam kebijakan tarif resi prokal mereka.
00:30Presiden Prabowo Subianto mendigaskan Indonesia siap menghadapi pemberlakuan kebijakan tarif resi prokal yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
00:46Bahkan Prabowo mengklaim Indonesia bisa mengatasi defisit neraca dagang dengan Amerika Serikat yang mencapai 17 miliar dolar Amerika.
00:54Prabowo mengatakan pemerintah akan menawarkan beberapa opsi kepada pemerintah Amerika Serikat untuk mengatasi surplus dagang tersebut.
01:01Antara lain melalui penambahan impor LPG, minyak mentah, bahan bakar minyak, hingga alat pengembaran minyak dan gas bumi.
01:09Apa yang kita butuh dari Amerika? Kita butuh LPG. LPG 8 miliar dolar kita butuh, 9 miliar dolar ya.
01:20Kita butuh minyak, BBM. Kita bisa import lagi, 9 miliar dolar lagi.
01:27Kita butuh alat-alat teknologi, rig-rig drilling dari mereka.
01:34Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Dain Mineral Bahli Ladari yang mengatakan mulai menghitung kebutuhan impor LPG dan minyak mentah dari Amerika Serikat.
01:47Pemerintah berharap pembelian minyak mentah dan LPG dari Amerika Serikat bisa meningkatkan importasi dan investasi dari Amerika Serikat.
01:54Dengan demikian, surplus derajah dagang Amerika Serikat dengan Indonesia dapat berkurang sehingga kebijakan Trump diharapkan akan melunat.
02:04Ya, pemirsa untuk membahas tema kita kali ini, konsistensi target kemandirian energi di era Perang Tarif Global.
02:14Kita akan berbincang melalui Zoom bersama dengan Prof. Tumiran,
02:17dia adalah anggota Dewan Energi Nasional periode 2009 dan 2019,
02:22serta menjadi Direktur Engineering Research and Innovation Center dari Fakultas Teknik UGM.
02:27Halo Prof. Tumiran, apa kabar?
02:31Apa kabar? Baik-baik, sehat-sehat, Pak.
02:33Baik-baik juga, terima kasih Prof. atas waktu yang disempatkan.
02:36Kemudian ada Pak Yayan Satyakti, pengamat ekonomi energi dari Universitas Pajajaran.
02:41Halo Pak Yayan, apa kabar?
02:43Kabar, baik, maaf.
02:44Baik.
02:46Terima kasih atas waktu yang disempatkan dan sebelum membahas lebih jauh,
02:48Prof. Tumiran, saya ingin melihat bagaimana pandangan Anda ini terkait dengan rencana pemerintah untuk menambah lagi
02:55impor migas dari Amerika Serikat, begitu menjadi bagian daripada upaya negosiasi pemerintah Indonesia tentunya
03:02dengan penerapan tarif resiprokal yang diterapkan oleh pemerintah Donald Trump.
03:06Silahkan Prof.
03:08Ya, baik.
03:09Saya kira pandangan saya pemerintah tidak menambah ya.
03:12Kalau menambah akan menjadi oper pasok di dalam negeri gitu ya.
03:16Mestinya mengalihkan aja.
03:17Jadi mengalihkan, karena memang faktanya kita kan impor BBM mungkin 60%, 65% ya.
03:23Kemudian impor gas, LPG terutama kita hampir 70% impor gitu ya.
03:28Sebenarnya kalau kita mau menuju kemandirian, itu harus dikurangi.
03:32Kemudian pasokan dalam negeri yang ditingkatkan.
03:35Tapi kalau menambah saya kira bahasanya kurang tepat lah atau akan berdampak.
03:40Tetapi yang harus dilakukan adalah sweep ya, bergeser.
03:43Yang tadinya mungkin impor dari negara-negara lain, dihalihkan impornya dari Amerika.
03:48Termasuk LPG.
03:49Tentu yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah kompetitif dari harga impor itu gitu.
03:55Jadi jangan mengakomodir.
03:57Tapi harga LPG dan harga BBM Amerika bagaimana dibandingkan dengan harga dari negara-negara lain selama ini gitu.
04:05Kalau sweep saya kira tidak ada masalah Pak.
04:07Yang penting nanti kepentingan kita untuk ekspor Amerika-Amerika tetap bisa dijamin oleh Amerika.
04:13Baik, tapi menurut saya ini menjadi kebijakan yang tepat.
04:16Kalau memang Anda katakan memang akhirnya bisa dikatakan realokasi lah ya.
04:20Ataupun sweep seperti yang Anda sampaikan begitu dari negara eksportir yang menuju Indonesia untuk migas.
04:26Kita alihkan ke Amerika Serikat saat ini.
04:29Ya itu saya kira pilihan kita kan.
04:31Kita kan impor itu kan membeli ya.
04:33Dari maket pasar ya.
04:35Bisa saja kebijakan kita untuk kepentingan nasional kita mengalihkan impornya dari negara tertentu seperti dari Amerika maksudnya.
04:42Saya kira itu suatu keputusan yang tidak keliru gitu.
04:45Selama tidak menambah jumlahnya.
04:46Kalau menambah sementara pemampatan di dalam negeri belum terjadi.
04:50Ini dampaknya bisa mengurangi produksi kita di dalam negeri.
04:53Malah itu akan berdampak luas kan.
04:55Oke.
04:56Saya kira gitu Pak Iyah.
04:57Baik Prof.
04:58Nah Pak Ian lantas bagaimana pandangan Anda terkait dengan tadi adanya upaya juga kita kan mau mengejar target suasada energi.
05:04Kemudian memang ya kita tahu kita adanya kejadian tarif resi prokal yang diterapkan Amerika Serikat.
05:10Sehingga kita harus memberikan suatu strategi yang tepat begitu.
05:14Silahkan Pak Iyah.
05:15Ya oke terima kasih.
05:20Mungkin yang paling krusial itu yang menjadi perhatian utama dari Donald Trump itu mengenai non-tarif barrier ya.
05:29Non-tarif barrier.
05:30Jadi non-tarif barrier ini misalkan seperti kebijakan TKDM.
05:36Kemudian juga adanya bahwa Amerika Serikat seolah-olah enforcing ya.
05:43bagi khususnya trading partner yang memang sebagian besar.
05:48Kalau misalkan kita lihat selama mungkin 10 tahun ini ataupun satu dekade ini kita produk-produk khususnya misalnya seperti infrastruktur migas dan lain-lain itu dari Tiongkok.
06:01Oke.
06:02Nah tidak hanya mungkin migas ya beberapa komoditas yang lain juga itu memang sudah disif itu ke Tiongkok.
06:11Nah sehingga kebijakan yang dilakukan oleh Tiongkok ini itu ingin mengubah international trade stepping ya.
06:21Jadi artinya dia akan mencoba untuk menggeser pola yang sebagian besar itu mungkin ke Tiongkok kembali lagi ke Amerika Serikat.
06:30Di mana Amerika Serikat itu memperoleh dampak yang luar biasa ya.
06:33Kalau misalkan kita lihat di beberapa literatur misalkan seperti trade wars yang dilakukan antara China dengan Amerika Serikat pada tahun 2018 yang lalu itu trade balance Amerika Serikat itu terus menurun.
06:49Nah kemudian ketika pada masa pandemi ya ternyata apa?
06:54Ternyata memang trade balance-nya juga itu relatif menurun.
06:57Jadi dia terus menurun dan kemudian kalau misalkan kita lihat kebijakan dari Trump sendiri itu ingin memproduksi sebagian besar yaitu mengenai fossil fuels.
07:10Makanya Trump keluar dari Paris Agreement nah disini mencoba tidak hanya berbicara mengenai trading tapi juga menawarkan adanya realokasi dari komoditas-komoditas yang ada di Amerika Serikat itu mulai ingin digeser secara paksa.
07:28Yang tadinya dari Tiongkok itu kembali digeser kembali oleh Trump sehingga yang dia katakan misalkan seperti beberapa waktu yang lalu oleh Trump bahwa non-tarif barrier ini yang memang harus tidak hanya migas ya untuk misalkan seperti komoditas elektronik dan lain-lain.
07:48Nah untuk mengurangi non-tarif barrier pada masing-masing negara sehingga Amerika Serikat itu bisa masuk dan memaksa adanya perubahan international trade pattern pada masing-masing khususnya major trading partner yang membuat Amerika Serikat itu mengalami defisit yang luar biasa.
08:06Misalkan kita di peringkat sekitar 15 ya atau 11.
08:10Baik nah Prof Tumir dan lantas bagaimana dengan upaya tadi importasi juga selain mungkin tadi tidak menambah tapi mungkin realokasi ataupun switching lah.
08:20Nah lantas bagaimana dengan teknologi-teknologi ataupun produk-produk alat migas begitu yang memang dibutuhkan juga untuk Indonesia apakah juga ada switching di sana atau memang kita butuh untuk peralatan berteknologi tinggi tadi begitu untuk sektor migas kita Prof?
08:36Ya kalau kita dikaitkan dengan upaya untuk kemandirian ya jadi seperti awal-awal Presiden Prabowo pidato di MPR ya maka teknologi-teknologi ini kalau bisa kita harus juga berkolaborasi dengan Amerika.
08:53Biasanya Amerika kalau lihat kita historis jangka panjang itu namanya transfer teknologi mereka bisa mengalihkan gitu ya.
09:00Jadi ini saya kira perlu sementara produksi minyak kita kan terus menurun gimana kita mau mandiri ya.
09:06Nah jadi memang harus dilakukan pengeboran-pengeboran lanjut teknologi mereka selama ini kan sudah unggul ya.
09:11Mungkin ini juga bisa menjadi satu bagian strategi partner sambil kita meningkatkan impor LPG tadi karena sekitar 2 miliar dolar kalau nggak salah ya selama ini impor LPG dari US ya mas ya.
09:25Ini bisa ditingkatkan tapi ada bargaining lain lah terutama bagaimana teknologi drilling pengeboran itu juga bisa kita tingkatkan gitu.
09:33Jadi kalau nggak ada itu cuma sekedar balansi-balansi perdagangan ini saya kira impaknya kurang begitu besar dari upaya-upaya kita untuk mendorong kemandirian energi tadi.
09:45Jadi kemandirian itu tidak hanya tersedia di dalam negeri tapi bagaimana produk teknologinya juga secara bertahap bisa kita kuasai.
09:52Negara lain yang dulunya nggak nguasai seperti China itu bisa menguasai ya.
09:57Nah mestinya kita itu bisa hanya mungkin perlu strategi politik sehingga hasil riset pengembangan industri dalam negeri itu bisa kita kembangkan.
10:05Harus ada kesabaran yang konstan lah.
10:08Konsisten ya.
10:09Kesabaran yang konsisten bahwa anak bangsa ini juga bisa untuk menuju kemandirian tersebut mas.
10:14Oke nah itu dia lantas roadmapnya seperti apa kemudian mekanismenya seperti apa kan kita bahas nanti di sepn berikutnya.
10:19Prof. Turmianan kemudian Pak Ian kita akan jeda dulu sebentar ya.
10:22Dan pemirsa kami akan segera kembali usai jeda berikut ini.
10:33Ya terima kasih Anda masih bergabung bersama kami dalam market review pemirsa berikut ini.
10:37Kembali kami sampaikan data untuk Anda terkait dengan bagaimana sih surplus neraca dagang Indonesia dan Amerika Serikat.
10:42Kita akan cermati dalam beberapa tahun terakhir ini dari tahun 2020 sampai tahun 2024.
10:49Di tahun 2020 kita mengalami surplus neraca dagang dengan Amerika Serikat 10,03 miliar dolar.
10:55Kemudian naik sampai dengan 2022 ke 16,56 miliar dolar.
11:00Kemudian turun di tahun 2023 menjadi 11,96 miliar dolar.
11:04Dan di tahun 2024 naik kembali 14,37 miliar dolar Amerika Serikat.
11:09Nah selanjutnya impor migas Indonesia dari Amerika Serikat.
11:14Di tahun 2022 tercatat nilainya 2,29 miliar dolar.
11:18Kemudian di tahun 2023 2,05 miliar dolar.
11:22Di tahun 2024 naik tipis 2,09 miliar dolar Amerika Serikat.
11:29Baik kita akan lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Prof. Tumiran,
11:31anggota Dewan Energi Nasional 2009-2019.
11:35Kemudian juga Pak Yayan Satyakti, pengamat energi dari Universitas Pajajaran.
11:40Baik.
11:41Nah Prof. Tumiran kalau berdasarkan data tadi yang sudah disampaikan.
11:44Nah bagaimana Anda melihat surplus neraca dagang Indonesia-Amerika,
11:48kemudian nilai importasi juga produk-produk migas Amerika ke Indonesia ini ya Prof. Tumiran.
11:54Dan kita lihat juga fluktuasinya memang selalu terjadi surplus begitu.
11:59Ya sebenarnya kalau kita lihat kita surplus itu positif buat kita ya.
12:03Jadi kemampuan ekspor kita sangat bagus ke Amerika gitu.
12:06Jadi mungkin Trump ini mengambil kebijakan melihat bahwa,
12:10oh Indonesia surplus, saya defisit gitu ya.
12:12Dia akan memperkuat ekonomi dalam negeri atau memperkuat valuta dia ya.
12:17Masa kami ngasih dolar terus ke Indonesia misalnya.
12:19Sehingga dia memperlakukan kebijakan untuk mengenakan apa tadi, tarif ya.
12:24Jadi saya kira kalau buat Indonesia, ini kan tinggal mengatur.
12:27Kalau kita pun beli dari negara lain, toh kita tetap harus mengeluarkan dolar.
12:32Gak apa-apa saya kira disuit.
12:33Yang penting pasar kita ke Amerika tetap terjaga.
12:37Sehingga itu tidak mengganggu pertumbuhan industri dalam negeri kita.
12:40Apalagi nanti kalau kita sudah ada balancing ketersediaan kita untuk misalnya ekspor-impor kita balance.
12:48Sehingga Trump bisa menurunkan tarif.
12:50Ini tentu impactnya akan positif bagi kepentingan industri yang selama ini menjadi alokasi ekspor ke US, Mas.
12:57Ini saya kira harus dihitung benar-benar lah.
12:59Jadi ada strategi planning.
13:01Kalau kata orang Jawa jangan sampai teman-teman atau pejabat yang membantu Pak Prabowo ini
13:08gerusah-gerusuh mengelil kebijakan.
13:10Tetapi minimisasi lah semua aspek resiko itu betul-betul dihitung.
13:15Dengan segala potensi kekuatan yang kita miliki sekarang ini.
13:19Baik Prof.
13:19Nah Pak Yayan, lantas kalau Anda melihat bagaimana?
13:22Apakah peta jalan yang kalau kita coba mencermati komodir energi kita
13:26juga adanya kebijakan tarif resiprokral ini berdampak tidak?
13:31Perlu kita ubah lagi atau kita tetap jalankan begitu?
13:34Oke, kalau misalkan dalam jangka pendek itu sudah pasti kita harus merubah.
13:42Tapi kalau tidak salah kan tadi malam bahwa
13:46Kasian Trump itu mengatakan bahwa ada basis katanya sekitar 10 persen tarif itu.
13:52Nah kemudian dengan adanya perubahan baru tersebut
13:56maka kita harus mungkin setidaknya akan merubah dalam jangka pendek
14:02dan terutama dari sisi misalkan mengenai infrastruktur khususnya teknologi migas yang ada di Indonesia
14:11dan kita ketahui bahwa untuk merubah dari infrastruktur tadi
14:18itu kan kita sudah ada kontrak dan lain-lain
14:21kemudian juga kita harus memperbaiki kontrak tersebut.
14:25Nah ini akan seperti apa?
14:26Kemudian juga kita juga melihat bahwa
14:29oke lah bahwa kita ingin meningkatkan produksi dengan menggunakan teknologi Amerika Serikat ya
14:36tapi bagaimana ini kalau misalkan apakah Amerika Serikatnya mau atau tidak
14:41untuk mentranspor teknologinya.
14:45Kalau misalkan kita bahwa hanya di end user saja
14:49misalkan langsung kita shift ya
14:52saya kira itu agak repot ya
14:54karena apa?
14:55Karena tadi selain dari kontrak
14:56kemudian juga ada perubahan-perubahan yang
15:00saya kira ada adjustment cost
15:02nah ini mungkin adjustment cost ini yang harus dipertimbangkan
15:05karena dampak dari resiprokal ini
15:09itu mungkin akan mengubah terhadap struktur
15:12dari pembiayaan dan juga pola perdagangan
15:15ya mungkin bisa 3 bulan ataupun 4 bulan ke depan
15:19dan ini ya kalau misalkan kita lihat
15:22contohnya misalkan seperti nikel
15:24nikel kemudian juga batubara
15:27nah apalagi batubara misalkan
15:28gimana kalau misalkan kita lihat
15:30bahwa dalam merasa energi kita
15:34bahwa batubara itu sebagai penyelamat
15:37untuk balancing dari merasa energi kita
15:41karena apa?
15:41karena kita jumlahnya
15:42tapi kan batubara tersebut itu kita ekspor
15:45nah sementara kalau misalkan kita ekspor
15:47sementara sekarang itu sudah mulai menurun
15:49juga nikel
15:50nah jadi tidak hanya gas ya
15:54tetapi produk-produk mineral
15:56yang berhubungan dengan energi
15:58juga itu akan mempengaruhi terhadap kondisi Indonesia
16:02nah kita lihat ya kemarin itu dengan kejadian
16:04adanya resip prokal dari Trump
16:10itu menurunkan harga minyak
16:12nah kalau misalkan sekarang akan menurunkan harga minyak
16:15berarti apa?
16:16berarti kita akan menurunkan pendapatan dari PNBP
16:20khususnya dari minyak
16:21kemudian juga oke lah kita
16:22membeli BBM yang lebih murah ya
16:26nah karena apa?
16:27karena harganya itu akan murah
16:28karena apa?
16:29karena Trump ini
16:30melalui kebijakan resip prokal dari tadi
16:33itu ingin menurunkan global inflation
16:35nah kalau misalkan global inflation
16:36ini kalau tidak salah itu
16:38di Twitter katakan bahwa
16:39dengan adanya resip prokal dari tadi
16:41itu no inflation katanya
16:42artinya apa?
16:43artinya bahwa
16:44harga khususnya harga-harga energi
16:47itu akan ditekan
16:47sehingga apa?
16:49sehingga yang dianggap sebagai
16:50apa yang
16:51masalah
16:53inflasi di Amerika Serikat
16:54itu karena tingginya
16:56ataupun banyaknya masuk barang-barang impor
16:58nah jadi
16:59kita harus mempertimbangkan juga
17:01dengan baik
17:02bahwa apa?
17:02bahwa kita
17:03oke lah katakan ada direct
17:05efek ya
17:06khususnya misalkan terhadap Trump
17:08tapi juga kita memiliki
17:09second round efek
17:11yang bisa menyebabkan
17:13bahwa major trading partner kita
17:15seperti Tiongkok
17:16kemudian juga India
17:17itu akan
17:18memberikan dampak terhadap
17:20pola perdagangan
17:21dan juga pendapatan negatif
17:22oke oke
17:23nah terakhir Prof. Tumiran Lantas
17:25apakah dengan kebijakan ini
17:26begitu bagaimana tadi
17:27ada lokasi dari importasi
17:29BBM ataupun migas kita
17:31ke Amerika Serikat
17:32ini berdampak terkait dengan
17:33tata niaga juga nih
17:35dari sektor migas Indonesia
17:36baik importasi maupun eksportasinya
17:38saya kira akan berpengaruh ya
17:40selama ini kita
17:41kalau misalnya
17:42impor yang harus dipetakan kan
17:44itu sebenarnya
17:45dari mana aja kita
17:46tentu dari sektor transportasi
17:47akan berpengaruh
17:48kemudian security of supply
17:50kita juga harus kita hitung ulang ya
17:52tapi jangan sampai bahwa
17:54harus dihitung ulang juga
17:56karena berbahaya
17:57kalau nanti misalnya LPG kita
17:59totally import dari US semua
18:01ini juga akan membahayakan
18:02terhadap ketahanan nasional kita
18:04karena kita bisa bergantung
18:06sourcenya ada pada satu sumber
18:08tetap harus kita bagi-bagi
18:10untuk betul-betul
18:11selain security of supply
18:13adalah ketahanan kita
18:14juga harus dijaga mas
18:15gitu ya
18:16betul
18:16nggak boleh ya
18:17baik berarti memang tetap fokus
18:19kepada ketahanan energi nasional
18:21sambil kita coba
18:22menyiasati juga ya
18:24kebijakan dari
18:25tarif resiprokal yang disampaikan
18:26atau diterapkan oleh
18:27pemerintah Amerika Serikat
18:29sehingga nanti ada
18:29win-win solution juga
18:31begitu
18:31menguntungkan kedua belah pihak
18:33lah begitu ya Prof Tumiran ya
18:34betul-betul
18:35tapi yang juga harus ke depan
18:36yang dikaitkan dengan
18:37ketahanan energi
18:38upaya mengurangi
18:39impor LPG
18:40juga harus dikurangi ya
18:41supaya apa
18:42supaya depisa kita
18:44tidak depisit
18:44untuk impor LPG terus
18:46tapi bagaimana kita
18:47mengalihkan
18:47penggunaan
18:49untuk konsumsi
18:50itu dialihkan ke
18:50sektor kelistrikan
18:51misalnya banyak rumah tangga
18:52sektor listrik
18:53kemudian kenderaan-kenderaan
18:55kita dorong ke
18:56elektrik vehicle ya
18:57nah itu
18:57kelistrikan kita kan kuat
18:59kita punya batu bara
19:00artinya kemandirian kita
19:01akan semakin kuat
19:03memperkuat depisa kita
19:04ya harapannya
19:04ke depan rupiah kita
19:06juga semakin membaik
19:07tidak limbung-limbung
19:08seperti sekarang ini kan mas
19:10baik-baik
19:11baik Prof Tumiran
19:12kemudian Pak Ian
19:13terima kasih banyak
19:14antas informasi update
19:14juga analisis yang
19:16diberikan kepada
19:16pemirsa IDXNL pada hari ini
19:18selamat melanjutkan
19:19aktivitas Anda kembali
19:20salam sehat dan sampai
19:21bercuba kembali
19:22Prof Tumiran
19:23Pak Ian terima kasih
19:24terima kasih mas
19:26ya Pak Ian juga
19:27sehat-sehat selalu
19:28baik pemirsa
19:29satu jam sudah
19:30saya menemani Anda
19:30dalam market review
19:31dan perbahari terus
19:33informasi Anda
19:33hanya di IDXNL
19:34your transporti
19:35and comprehensive
19:36investment reference
19:37karena urusan
19:38masa depan
19:39harus terdepan
19:39aku investor saham
19:41saya Prasetyo Wibowo
19:43beserta seluruh
19:44kerabat kerja
19:44yang bertugas
19:45pamit undur diri
19:46terima kasih dan
19:47sampai jumpa
19:48selamat menikmati
20:18selamat menikmati