When Arman proposes to Latifah, she is faced with a choice of whether she can dedicate her heart to becoming his second wife.
Category
🎥
Short filmTranscript
00:00Abi, kamu yang mengajarkan aku kalau rumah itu tidak selalu berbentuk bangunan.
00:08Rumah itu berwujud dalam orang-orang dan rasa cinta yang ada di dalamnya.
00:20Bu Latifah, ini Pak Arman dan Ibu Pak Silik, mereka berdua dari Yayasan Pusat.
00:30Itu tuh namanya the art of weeping.
00:36Nemuin cara paling pas untuk bertahan hidup.
00:40Arman ketemu lagi sama Latifah.
00:43Ghandi, eh gak apa-apa.
00:45Untuk anak-anak autism dengan ADHD, selamat ya konsisten untuk simulasinya.
00:50Itu akan sangat baik lho, terutama untuk komunikasi Ghandi.
00:53Kemarin waktu ngeliat Ghandi tantrum, aku jadi simpati sama Latifah.
00:59Gak mau sama-sama sama Latifah.
01:00Aku gak belas sama siapa di sini, aku cuman mau jujur.
01:03Aku mau ngomong baik-baik.
01:04Kamu lagi ngomongin perasaan kamu.
01:06Kamu pikirin gak gimana perasaan dia?
01:09Kamu pikirin gak gimana perasaan Arun?
01:12Kakak, kakak gak dengerin ya.
01:15Ghandi gak berapa?
01:18Um.
01:19Ingat lagi.
01:21Kau tau kenapa masa lalu itu disebut masalah?
01:24Supaya tetap dibiarkan berlahan.
01:27Aku gak ngerti jalan.
01:28Aku yang gak ngerti sama jalan pikiran kamu.
01:31Ngerti gak sih posisinya aku tuh kayak gimana?
01:35Kamu benar-benar menghilang.
01:38Dan rumah tak akan pernah sama.
01:42Karena tak ada kamu di dalamnya.
01:44Kalau kamu punya perasaan buat perempuan lain itu apa namanya?
01:47Bukan liko!
01:48Ikhlas akan jadi berbeda makna.
01:52Tak ada kamu yang membuatku bertahan.
01:55Temuin aku sama perempuan itu.
02:05Pernikahan itu tentang mencari surganya Allah.
02:09Dan aku gak mau surga itu berubah menjadi neraka buat kita.