Kondisi ekonomi dan politik global mengalami perubahan signifikan pada tahun ini. Amerika Serikat, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia, tidak lagi mengedepankan kerja sama global atau prinsip multilateralisme. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk mengambil sikap khusus dalam menghadapi situasi baru ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan perintah khusus kepada para menteri, termasuk dirinya, untuk memperkuat diri menghadapi perubahan orde ekonomi dunia. Perubahan ini, kata Sri Mulyani, telah memasuki fase "war game" melalui perang tarif, yang memberikan dampak fundamental pada struktur ekonomi global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan perintah khusus kepada para menteri, termasuk dirinya, untuk memperkuat diri menghadapi perubahan orde ekonomi dunia. Perubahan ini, kata Sri Mulyani, telah memasuki fase "war game" melalui perang tarif, yang memberikan dampak fundamental pada struktur ekonomi global.
Category
📺
TVTranscript
00:00Jangan lupa like, share, dan subscribe chanel ini untuk mendapatkan maklumat terbaru.
00:30Meski perekonomian dunia masih diliputi ketidakpastian termasuk yang diakibatkan oleh konflik geopolitik dan geoekonomi,
00:40Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan Indonesia masih sangat jauh dari potensi krisis ekonomi.
00:46Hal tersebut antara lain karena pemerintah telah memberi sejumlah insentif yang mampu mendorong sektoril sehingga tidak mengalami pelemahan.
00:54Justru kalau kita lihat ini, dan tadi juga pemerintah mencoba menjaga daya beli masyarakat dengan membuat langkah-langkah menurunkan administered price,
01:06Itu tujuannya supaya kita tetap stabil, makanya disebut resilient.
01:10Makanya kalau tadi saya sebutkan di dalam grossnya, konsumsi rumah tangga masih tumbuh 4,96,
01:20Itu adalah gross ya, tahun sampai akhir tahun, dan Januari-Februari deflasi karena berbagai langkah tadi harga pangan turun, kemudian beberapa diskon listrik,
01:31Itu menunjukkan krisis enggak? Enggak kan ya, itu upaya ya, jadi supaya mendudukkan lagi.
01:41Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan,
01:45Pemerintah akan senantiasa memastikan APBN tetap berada dalam jalur yang benar dalam mengoptimalkan belanja negara demi menjaga pertumbuhan ekonomi.
01:53Dengan adanya berbagai tantangan dalam perekonomian baik dari dalam dan luar negeri, Febrio menyatakan bahwa realisasi APBN harus dipastikan berjalan secara efisien.
02:04Febrio memastikan realisasi APBN akan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
02:18Dan pemerintah untuk membahas tema menarik kita selanjutnya,
02:20daya tahan APBN menjaga resiliensi ekonomi Indonesia di 2025 sudah tersambung melalui Zoom dengan Bapak Rian Kiryanto,
02:27ekonom senior dan asosiat fakulti lembaga pengembangan perbankan Indonesia LPPI.
02:33Selamat pagi Pak Rian, terima kasih sudah bergabung bersama kami.
02:36Selamat pagi Mas Kacar, selamat pagi.
02:38Sehat ya Pak Rian ya?
02:40Ya, alhamdulillah.
02:42Pak Rian ini kalau kita berbicara soal APBN saya ingin mengawali terlebih dahulu dengan rilis APBN kita
02:48yang ternyata sudah absen 2 bulan di tahun 2020.
02:51Bagaimana kemudian kita harus menilai perilisan ini?
02:55Apakah kemudian ada sesuatu hal yang memang dalam tanda kutip begitu ya kurang transparan
03:00sehingga akhirnya harus absen 2 bulan?
03:02Dan bagaimana kemudian mereview apa yang kemudian dirilis oleh Bu Menteri Keuangan kemarin?
03:08Memang kalau pengertian saya penundaan ya atau penangguan rilis APBN kita selama 2 bulan ini
03:17memang menjadi curiosity atau keingin tahuan kita ada apa ini.
03:22Tapi saya selalu menggunakan approach yang positive thinking ya.
03:27Barangkali karena ada polisi-polisi baru di bawah pemerintahan baru mungkin ada semacam
03:34kalau bahasa keuangannya itu adjustment-adjustment.
03:38Dimana adjustment-adjustment itu agar betul-betul teruji, reliable, dan juga credible ya.
03:44Tentu membutuhkan waktu.
03:46Dan itu biasa dimana-mana di dunia korporasi rekonsiliasi angka-angka itu selalu dilakukan
03:52untuk menjamin kredibilitas dan integritas dari data atau laporan keuangan yang dipublish.
03:59Dan betul kemarin Bu Sri Mulyani Menteri Keuangan beserta jajarannya juga melakukan press conference
04:06kemudian juga ada semacam economist meeting atau analyst meeting.
04:11Dan beliau memberikan disclose ya bahwa itu karena memang ada adjustment-adjustment
04:21untuk menjaga kredibilitas daripada laporan APBN kita per Februari kemarin.
04:26Dan highlight-nya memang kalau dilihat dari sisi belanja sama spending memang kita mengalami divisit gitu ya.
04:36Tetapi sebetulnya ada good news yang mungkin tidak terekspos kemarin
04:42yaitu kalau kita bicara dari primary balance atau neraca keseimbangan primer ya
04:49dimana mampu membekukan surplus yang lumayan baik saya kira untuk dua bulan pertama yaitu sebesar Rp48,1 triliun.
04:58Apa itu keseimbangan primer?
05:01Yaitu adalah pendapatan ya dikurangi dengan belanja
05:06tapi tidak termasuk di dalam spending ini adalah kewajiban,
05:10pemenuhan kewajiban luar negeri atau pembayaran utang dan cicil anggungan luar negeri.
05:16Nah itu kita dapat surplus netonya Rp48,1 triliun.
05:20Tetapi kalau kita komparasikan antara pendapatan negara dengan belanja negara secara absolut
05:27memang APBN kita dua bulan pertama mengalami divisit sebesar Rp31,2 triliun
05:35atau equivalent dengan 0,13% terhadap total PDB kita.
05:39Yang mana dua bulan ini kita boleh kasih valuasi ya terkendali, terkelola dengan baik itu intinya.
05:48Terkelola dengan baik, terkendali, divisit tadi Rp31,2 triliun per Februari atau 0,13% dari PDB
05:55yang lagi-lagi memang Bu Menteri Keuangan bilang ini masih sesuai dengan target
05:58begitu masih di bawah 2,53% dari PDB.
06:00Tapi kalau bergeser sedikit ke sisi penerimaan lah contohnya pajak begitu Pak Rian ini kita lihat
06:06anjloknya cukup dalam ya lebih dari 30%, ini apa yang bisa kita lihat dari data penerimaan pajak sejauh ini?
06:14Kalau pajak itu kan sebetulnya resultante dari economic activity atau business activity
06:21dan behavior atau perilaku kegiatan ekonomi kita, dunia usaha kita itu biasanya di dua bulan pertama itu memang belum
06:31kalau bahasa anak mudanya itu belum gaspol ya, belum gaspol.
06:35Dia masih, istilahnya masih memulai pentahapan untuk mulai menginjak gas lebih besar lagi.
06:43Dan itu tertermin juga dari revenue atau profit dari pelaku usaha-pelaku usaha yang lain
06:50termasuk di sektor keuangan dan lebih spesifik adalah di perbankan, itu biasa.
06:54Ada orang mengatakan itu semacam January effect dan sebagainya, itu normal.
06:59Tetapi saya yakin di bulan Maret onward, apalagi bulan Maret itu ada aktivitas ekonomi yang besar
07:06karena ini kita masuk bulan Ramadan, sebentar lagi kita lebaran Idul Fitri,
07:11tentu aktivitas ekonomi akan meningkat lagi.
07:14Jadi saya ingin menggarisbawahi revenue dari pajak yang memang tertekan itu bukan karena itu kejadian yang tidak normal,
07:24itu normal saja karena mengiringi dengan kegiatan ekonomi yang melemah.
07:28Ditambah lagi jangan lupa Mas Wajar,
07:30Wajar Mati juga memang di sisi penerimaan itu kan ada pendapatan dari sektor pertambangan ya.
07:36Nah kita tahu harga komoditas di pertambangan itu kan secara globally kan juga menurun ya.
07:43Kalau bahasa asal itu back to normal lah.
07:45Contohnya gul atau batu bara.
07:47Nah ini tentu memberikan pengaruh juga kepada sisi penerimaan perpajakan pemerintah,
07:53terutama dari sisi pajak penghasilan ya atau PPK.
07:56Jadi dua bulan ini saya kira masih oke lah, masih normal gitu.
07:59Tetapi untuk spendingnya kan gak boleh ditahan Mas Wajar.
08:03Jadi kita bisa lihat belanja daripada pemerintah baik untuk kementerian lembaga di tingkat pusat,
08:10maupun ke transfer ke daerah kan gak boleh berhenti.
08:13Sesuai dengan schedule, sesuai dengan terminnya harus dikerjakan.
08:18Baik, jadi memang secara umum gitu ya dua bulan ini masih ya cukup oke lah ya,
08:23kita bilang masih terkendali ataupun masih terjaga.
08:26Nah kemarin juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Rawati sempat menyebutkan begitu ya Pak Rian,
08:31bahwa Indonesia dari sisi geopolitik maupun geokonomi,
08:35terutama dengan hadirnya Presiden baru AS Donald Trump ini juga berpotensi terkena dampaknya.
08:41Karena ternyata Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbang defisit raca dagang bagi AS.
08:46Bagaimana kemudian potensi dari apa ya namanya,
08:49ancaman ini terhadap aktivitas perdagangan Indonesia ke depannya Pak Rian?
08:55Pertama tentu untuk teman-teman pelak US Quartier ya,
08:59di setor perdagangan internasional tentu harus alert, harus waspada.
09:03Menyikapi perubahan konstelasi kebijakan ekonomi AS di bawah Presiden Donald Trump.
09:09Meskipun sebetulnya Indonesia itu tidak termasuk ke dalam negara yang akan kena ban,
09:15kenaikan pihak masuk.
09:17Karena meskipun kita masuk di dalam 20 kelompok negara yang memberikan defisit kepada AS,
09:24atau sebaliknya kita menikmati surplus,
09:26tetapi kita tidak termasuk big player lah di mata Donald Trump.
09:31Makanya yang secara direct terpengaruh itu,
09:34saya masih ingat ada Kanada, kemudian ada Meksiko, kemudian ada China,
09:39dan last but not least ada Vietnam saya percaya.
09:42Kita peringkat 15.
09:43Sehingga kita masih bisa menikmati yang namanya kebijakan GSP ya,
09:48Generalized Reference Special gitu, GSP itu.
09:54Kita masih punya luxury di situ.
09:56Tetapi dengan kebijakan Donald Trump yang menyesuaikan kebijakan tarifnya itu terhadap beberapa negara,
10:04nah kalau negara-negara itu juga punya relasi bisnis, relasi dagang dengan Indonesia,
10:10tentu kita harus melakukan penyesuaian-penyesuaian kalau bahasa saya.
10:14Nah satu titik kritis yang harus kita cermati Mas Wajar,
10:17yaitu kalau nanti barang-barang produk dari China yang harusnya masuk ke pasar Amerika
10:23ternyata tertahan karena kenaikan pihak masuk itu,
10:27dan kemungkinan itu harus dipasarkan ke negara lain,
10:30nah salah satu destinasi untuk pemasaran barang-barang kuatan Tiongkok itu adalah Indonesia.
10:37Karena kita memiliki potensi pasar yang besar bagi barang-barang made in China.
10:42Dan mohon maaf kita tidak bisa melarang atau membatasi,
10:46karena kalau nggak salah di tahun 2012 atau 2013 yang lalu,
10:50itu ada kesepakatan yang namanya ASEAN Plus 1.
10:54Nah ASEAN Plus 1 itu ternyata kesepakatan antara negara-negara ASEAN, ASEAN 10 ya,
11:00itu dengan China,
11:01dimana itu dalam koridor atau frame Free Trade Arrangement, FTA ya,
11:07itu ada semacam pebebasan,
11:09barang-barang dari ASEAN masuk ke pasar China,
11:12dan sebaliknya barang-barang China masuk ke pasar ASEAN termasuk Indonesia.
11:16Nah di titik ini tentu pebisnis domestik kita harus melakukan tadi,
11:21langkah-langkah pre-emptive, antisipatif,
11:23akan mampu menahan ya,
11:25menahan kemungkinan gempuran,
11:27maksudnya barang-barang buatan dari China itu.
11:29Itu yang kemudian menjadi critical point,
11:31yang memang harus diperhatikan dalam situasi saat ini Begit ya,
11:34terkait dengan tadi potensi membanjirnya produk-produk dari negara-negara
11:39yang sepertinya dipersulit oleh Amerika Serikat.
11:41Baik, Pak Rian kita masih punya satu segmen lagi,
11:43nanti kita lanjutkan kembali diskusi kita di hari ini,
11:46dan pemerintah tetaplah bersama kami, Market Review segera kembali.
11:50Intro
11:57Kembali bersama kami dalam Market Review,
11:59dan pemerintah sebelum kita lanjutkan perbincangan kita di hari ini,
12:02saya ingin mengajak Anda terlebih dahulu untuk melihat info grafis berikut ini.
12:06Ya masih terkait dengan APBN pemerintah,
12:09kita ke grafis yang pertama ini terkait dengan pendapatan negara,
12:12di mana di dapat Anda lihat dari tahun ke tahun,
12:16realisasi pendapatan negara dan di 2025 target dalam APBN sendiri
12:21untuk pendapatan negara di angka Rp3.005,1 triliun,
12:25dan ini meningkat tentunya dari realisasi di tahun 2024 di Rp2.842 triliun,
12:31dan juga di 2023 Rp2.155 triliun.
12:37Rp3.005 triliun menjadi target penerima negara di tahun 2025.
12:41Sementara itu kita ke info grafis berikutnya terkait dengan defisit APBN,
12:46dan ini tentunya menampilkan persentase defisit terhadap produk domestik Bruto Indonesia.
12:51Target di tahun 2025 di angka 2,53 persen terhadap PDB,
12:56adapun realisasi di tahun 2024 2,29 persen,
13:012023 1,65 persen,
13:04kemudian jika kita tarik ke belakang di tahun 2020,
13:07defisit mencapai 6,14 persen,
13:10yang kita tahu itu merupakan periode pandemi COVID-19.
13:16Dari pendapatan dan defisit kita bergeser ke info grafis berikutnya,
13:20ini belanja negara dalam triliun rupiah,
13:23di mana di tahun 2023, 2024, dan juga APBN 2025,
13:31ini di 2023 Rp3.121,2 triliun,
13:34dan di 2025 ini belanja negara ditetapkan di angka Rp3.621,3 triliun.
13:49Sementara itu berbicara soal perekonomian Indonesia,
13:51kita juga cerimati bersama bagaimana kemudian data dari PMI Manufaktur Indonesia.
13:59PMI Manufaktur perkembangannya kita lihat dari akhir tahun 2024,
14:03di Desember ini di 51,2,
14:06kemudian bergerak ke level 51,9 pada Januari 2025,
14:12meningkat ke level 53,6 pada bulan Februari,
14:17di mana di atas level 50 menandakan masih dalam zona ekspansi.
14:22Ada pun jika kita lihat di bulan-bulan sebelumnya,
14:24PMI Manufaktur Indonesia justru cukup sering berada di bawah level 50,
14:31di 49,6, 49,2, dan juga 48,9.
14:37Sementara itu juga kita lihat ke infografis berikutnya terkait dengan sektor ekonomi,
14:43penyumbang PDB terbesar Indonesia tahun 2024,
14:47industri pengolahan 18,98%,
14:52industri perdagangan 13,07%,
14:56pertanian 12,61%,
14:59konstruksi 10,09%,
15:01dan pertambangan 9,15%.
15:08Ya kembali kita lanjutkan disusil kita hari ini bersama dengan Bapak Rian Kiryanto,
15:12ekonomi senior dan asosiat fakulti Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia ataupun LPPI.
15:17Pak Rian, saya sedikit bergeser kembali ke target APBN di tahun 2025 tadi,
15:22penerima negara ditargetkan di angka kurang lebih Rp3.500.000.000.
15:26Apa yang kemudian harus dioptimalkan untuk kemudian mencapai target di tahun ini?
15:32Saya itu selalu berpikirnya mengenai ini Mas Wajar,
15:35ini kan kita bicara isu besarnya adalah mengenai diksi atau narasi penghematan atau efisiensi.
15:44Dalam terminologi yang baik, efisiensi itu adalah bagaimana kita menggunakan alokasi anggaran itu
15:51secara disiplin ya, sehingga betul-betul efisien.
15:55Tetapi itu masih ada kesinambungannya dengan diksi yang satunya lagi, yaitu efektif.
16:01Dalam artian bahwa penggunaan anggaran yang dilakukan dengan transparan,
16:06dengan akuntable dan auditable itu juga mampu mencapai tujuannya.
16:11Artinya kalau kita dalam konteks persentase target, tentunya 100% mencapai targetnya.
16:17Nah itulah batasan efisien dan efektif.
16:20Mudah-mudahan penyerapan anggaran itu berlaku seperti ini,
16:24selain efisien tapi juga efektif.
16:26Yang kedua tentu karena situasi lingkungan ekonomi saat ini,
16:31sebetulnya kalau kita katakanlah relatif bertidak kurang friendly ya,
16:36karena ada perubahan arah kebijakan dari Amerika Serikat,
16:39yang itu juga akan diikuti oleh negara-negara lain,
16:43tentu pemerintah kita harus betul-betul piaweh,
16:47taktikal di dalam bagaimana mengeksplorasi sumber-sumber penerimaan
16:53agar betul-betul bisa optimal.
16:55Tidak ada tanda petik, tidak ada kebocoran, semuanya registered,
17:00dan semuanya terkolek dengan baik sehingga mampu memenuhi target.
17:04Karena untuk mencapai revenue yang kurang lebih Rp3.100 triliun tadi,
17:09tidak mudah di dalam lingkungan ekonomi yang sedang seperti ini.
17:13Oleh karena itu, penyerapan anggaran itu betul-betul harus efisien dan efektif
17:18dalam kerangkaan ini, dalam kerangkaan memberikan daya ungkit ya,
17:22atau memberikan multiplier effect kepada kegiatan-kegiatan ekonomi secara menyeluruh.
17:27Nah kalau kegiatan ekonomi itu bisa membesar, melebar,
17:30kemudian terdistribusi dengan baik,
17:33tentu sumber-sumber pendapatan akan semakin bertambah juga atau melebar.
17:38Nah inilah yang bahasa saya itu sebetulnya strategi ke depan itu adalah
17:42bagaimana melakukan extensifikasi sumber-sumber penerimaan negara
17:47tanpa sumber-sumber pemberi penerimaan kepada negara itu merasa terganggu.
17:54Yaitu melalui kebijakan-kebijakan yang betul-betul investor-friendly,
17:59investor-friendly atau market-friendly.
18:01Yang kedua, menggaris bawah ini menyampaikan teman-teman dari kembang keuangan,
18:07APBN kita sebagai instrumen fiskal memang harus memiliki yang namanya
18:11instrumen counter cyclical policy,
18:14yaitu mampu menjadi shock absorber ya, atau penyerap
18:18ketika ada indikasi tekanan-tekanan bahwa ekonomi kita mengarah kepada situasi pelemahan.
18:23Nah melalui instrumen fiskal itu bisa ditahan,
18:26direjuvinit ya sehingga kegiatan ekonomi terus berlangsung.
18:30Untuk yang kelompok dunia usaha kelas atas mungkin dengan tadi
18:34insentif-insentif kebijakan misalnya dari fiskal,
18:37tapi untuk yang UMKM tentu juga ada instrumen fiskal yang bisa diberikan kepada mereka
18:42sehingga kegiatan ekonomi terus bergerak.
18:44Nah last but not least untuk yang grassroot society,
18:47ya tadi disampaikan mungkin yang namanya
18:52anggaran pelindungan sosial atau spesifik yaitu bantuan sosial
18:56tetap harus dikerjakan dengan baik
18:59untuk menopang atau menyanggar daya beli mereka tidak terdistorsi.
19:03Karena kalau daya beli masyarakat itu terdistorsi tentu akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
19:08baik dari sisi produksi maupun dari sisi penyerapan produksi itu sendiri.
19:14Itu highlight-nya Mas Wajar.
19:16Ya baik jadi memang tadi jika kita lihat dari sisi penerimaan,
19:20kemudian juga belanjanya ini ternyata lagi-lagi memang tidak bisa dilepaskan
19:24dari efisiensi dan juga efektif seperti tadi Pak Aryan sebutkan
19:27dan kita harapkan tadi optimalisasi bisa kemudian dilakukan oleh pemerintah
19:31terutama dalam hal tadi pemetaan bagaimana kemudian meningkatkan penerimaan negara
19:35sekaligus di waktu yang sama efektif dalam menggunakan pos-pos belanja negara di tahun 2025.
19:41Pak Aryan sebetulnya masih banyak sekali yang bisa kita gali terkait dengan tema kita di hari ini
19:45tapi sayang sekali waktu kita terbatas.
19:47Terima kasih banyak Pak Aryan sudah bergabung bersama kami dalam Mas Wajar.
19:50Terima kasih Mas Wajar.
19:51Dan semoga kita harapkan tentunya ya diskusi kita kali ini bisa menjadi masukan lah
19:55atau mungkin insight juga bagi para pemirsa terkait dengan pengelolaan APBN di tahun 2025.
19:59Pak Aryan terima kasih banyak, salam sehat.
20:01Terima kasih, salam.
20:03Dan Pemirsa 1 Jam Sudah saya menemani Anda dalam program Market Review berbaharu
20:07terus informasi Anda hanya di IDX Channel,
20:09Yo! Transporting and Comprehensive Investment Reference.
20:11Dan karena urusan masa depan harus terdepan,
20:13Aku Investor Saham, saya Fadjar Royong,
20:15pamit undur diri, sampai jumpa.
20:29Terima kasih.
20:59Terima kasih.